Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PRAK-SAINS | Awetan Kering Insektarium

Konten [Tampil]

Pendahuluan

Hewan merupakan salah satu organisme yang dapat ditemukan di muka bumi dengan persebaran ukuran paling kecil hingga paling besar mendominasi di perairan maupun di terestrial. Hewan-hewan yang sering kita temui di lingkungan kita bahkan terkadang berada di sekitar perkarangan rumah menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman hewan cukup tinggi. Menurut Barrowclough dalam Schauff (2001: 3) bahwa hewan anggota kelas Arthropoda yang terdiri atas serangga, laba-laba, tungau, dan kerabat dekat lainnya tidak diragukan lagi merupakan kelompok organisme yang paling adaptif di muka bumi ini. Oleh karena, untuk serangga saja telah menyumbang hampir 55% dari total organsime yang telah diidentifikasi para ilmuwan.

Dalam mempelajari Biologi akan lebih baik jika kita langsung mengambil sampel di lingkungan untuk dipelajari agar bersifat lebih kontekstual. Namun, mengingat keterbatasan waktu maupun tempat, maka kita dapat mempelajari hewan-hewan termasuk kelompok serangga dalam bentuk awetan. Pengawetan pada hewan dapat dibedakan menjadi pengawetan secara basah dan pengawetan secara kering. Pemilihan jenis pengawetan juga memperhatikan jenis struktur tubuh hewan yang akan diawetkan.

Insektarium merupakan salah satu sampel dari hasil pengawetan hewan secara kering. Menurut Putri & Muhartati (2019: 15) bahwa insektarium merupakan sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau museum atau pameran. Insektarium sering menampilkan berbagai serangga dan arthropoda yang mirip, misalnya laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah, kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking, dan belalang sembah. Pengawetan serangga (insektarium) dapat dilakukan mengingatkan spesimen yang telah digunakan dapat digunakan kembali secara periodik apabila dilakukan perawatan dan penyimpanan dengan baik serta dapat menjadi tindakan pelestarian populasi insekta di alam tetap terjaga. Selain itu, penggunaannya juga dapat meningkatkan motivasi dan perhatian peserta didik dalam belajar karena dapat mengamati secara langsung untuk dapat mengetahui karakteristik tiap jenis serangga.

Tujuan

Adapun tujuan dilakukan kegiatan ini, yaitu:
  1. Mengetahui prosedur pembuatan awetan kering insektarium.
  2. Membuat awetan kering insektarium dari lingkungan sekitar dengan benar.

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan, sebagai berikut:

Alat Bahan
- Jarum serangga (dapat diganti jarum pentul)
- Jaring serangga (insect net)
- Killing jar (dapat diganti toples)
- Stryofoam (papan gabus)
- Alat dan jarum suntik
- Amplop serangga dari kertas papilot (diganti HVS)
- Kapas
- Lem kertas
- Larutan alkohol 70%
- Larutan formalin 3-4%
- Kapur barus

Prosedur Kerja

Untuk mempermudah prosedur kerja dalam pembuatan awetan kering insektarium, terdapat beberapa langkah yang harus diikuti sebagai berikut:
  • Koleksi serangga merupakan tahap pertama yang dapat dilakukan setelah menentukan tempat yang akan dijadikan untuk menggumpulkan serangga. Pengoleksian serangga dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari insect net, trapping, toples, atau menggunakan tangan secara langsung apabila insekta tersebut tidak berbahaya.
    Gambar 1. Amplop serangga (sumber: extension.entm.purdue.edu)
  • Insekta yang sudah diperoleh dapat dimasukkan dalam killing jar yang dicampurkan dengan kapas lalu dibasahi dengan cairan alkohol 70%. Setelah insekta tidak lagi bergerak, insekta dapat diambil dan dikeringkan menggunakan kapas apabila terkena cairan alkohol yang menyebabkannya basah. Lalu insekta dimasukkan dalam amplop serangga seperti yang dicontohkan pada Gambar 1. Amplop ini dibuat dari kertas papilot yang tembus cahaya, apabila tidak memungkinkan dapat diganti dengan kertas HVS (Untuk kelompok insekta non Lepidoptera tidak perlu menggunakan amplop serangga, cukup diletakkan dalam toples saja).
  • Untuk memastikan insekta yang terbius mati, maka lakukan pemijatan menggunakan kedua jari yaitu jari telunjuk dan ibu jari pada kedua sisi dada secara perlahan.
  • Serangga yang akan diawetkan disuntikan dengan cairan formalin agar dapat bertahan lebih lama ketika dilakukan proses penyimpanan menggunakan alat dan jarum suntik berukuran 3 ml. lakukan penyuntikan pada bagian tubuh secukupnya, hati-hati dalam proses penyuntikan jangan bagian tubuhnya keluar.
    Gambar 2. Rekomendasi Penusukan Jarum pada Serangga (Sumber: Schauff, 2001)
  • Serangga dapat dilakukan penusukan dengan jarum serangga (atau dapat menggunakan jarum pentul) dengan dengan posisi yang direkomendasikan seperti pada Gambar 2. Posisi antara serangga yang akan ditusuk menggunakan jarum harus tegak lurus dengan posisi jarum yang ditusuk (perhatikan Gambar 3). Jarum yang ditusukkan hendaknya yang tahan dengan karat serta memiliki ketebalan yang disesuaikan dengan besar kecilnya ukuran serangga yang akan diawetkan.
    Gambar 3. Posisi dan Tinggi A Tepat Digunakan (Sumber: Schauff, 2001)
  • Untuk beberapa kasus seperti pada kelompok Lepidoptera, kita membutuhkan spreading board yang digunakan untuk membantu membentangkan sayap agar tidak rusak. Sayap kupu-kupu atau ngengat dapat dibentangkan pada kiri kanan spreading board lalu ditindihkan dengan bantuan kertas papilot (dapat menggunakan potongan kertas HVS) untuk membentangkan tiap sayap diposisikan seperti dalam keadaan mengepakkan sayap. Jangan sampai menusuk jarum pada sayap. Setelah itu, tiap kertas ditusuk dengan jarum serangga/jarum pentul  (perhatikan Gambar 4) agar posisi sayap kupu-kupu atau ngengat sesuai dengan apa yang kita harapkan nantinya ketika sudah kering.
    Gambar 4. Perlakuan Khusus Untuk Serangga Bersayap Besar (Sumber: Schauff, 2001)
  • Proses pengeringan insekta dapat dilakukan dengan beberapa cara. Insekta dapat dikeringkan di ruang terbuka tetapi jangan sampai secara langsung terkena paparan sinar cahaya matahari atau dapat menggunakan bantuan oven dengan suhu tertentu.
  • Insekta yang sudah kering sudah dapat dilanjutkan dengan pembuatan figura untuk penyimpanannya. Pembuatan figura dapat disesuaikan dengan selera masing-masing dengan gambaran figura seperti Gambar 5 berikut ini.
    Gambar 5. Contoh Figura Penyimpanan Insektarium (Sumber: Schauff, 2001)
  • Figura yang sudah selesai dibuat dapat dilakukan peletakan awetan insekta yang sudah kering sesuai dengan tata letak yang diinginkan serta diikuti dengan penempelan informasi seputar spesimen pada kertas label yang sudah dibuat menggunakan lem serta pemberian kapur barus pada tiap sisi figura dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
    Gambar 6. Final Insektarium (Dokumentasi Karya Pribadi)

Hasil Pengamatan

Lakukan pengamatan pada setiap spesimen yang dijadikan sebagai awetan kering insektarium dan catatlah datanya pada tabel berikut ini!

Pertanyaan

Setelah melakukan kegiatan praktikum, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu kamu jawab sebagai berikut:
  1. Bagaimana tanggapan kamu terkait perbedaan cara pengawetan hewan secara basah dan kering? jelaskan!
  2. Bagaimana cara melakukan pengawetan khusus pada kupu-kupu dan ngengat?
  3. Jelaskan peran formalin 4% dan alkohol 70% dalam pembuatan insektarium?
  4. Apa yang dapat kamu simpulkan dari tabel hasil pengamatan yang telah kamu isi tersebut?

Referensi

  1. Schauff, M. E. (2001). Collecting and Preserving Insects and Mites: Techniques and Tools. Systematic Entomology Laboratory, USDA, National Museum of Natural History, Washington.
  2. Putri, A. N. & Muhartati, E. (2019). Modul Praktikum Teknik dan Manajemen Laboratorium Biologi. Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Keterangan

  • Publikasi: 20/04/2023
  • Revisi: -

Dewanto, S.Pd.
Dewanto, S.Pd. Pembelajar dan Pengajar MIPA
Print Friendly and PDF

Post a Comment for "PRAK-SAINS | Awetan Kering Insektarium"