Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PRAK-SAINS | Awetan Kering Herbarium

Konten [Tampil]

Pendahuluan

Herbarium merupakan kumpulan koleksi spesimen yang berasal dari tumbuhan yang dipres dan dikeringkan, lalu ditempelkan lembaran berlabel, disusun berdasarkan urutan (Bendre & Kumar, 2010; Singh, 2019). Menurut KBBI (daring) makna kata herbarium merujuk pada dua makna. Pertama, herbarium diartikan sebagai kumpulan contoh tumbuhan yang dikeringkan atau diawetkan, diberi nama, disimpan, dan diatur berdasarkan sistem klasifikasi serta digunakan dalam penelitian botani. Kedua, herbarium diartikan sebagai kotak, kamar, atau gedung untuk menyimpan kumpulan contoh tumbuhan yang dikeringkan (diawetkan), disimpan dan diklasifikasikan serta digunakan dalam penelitian botani. Jadi, makna hebarium dapat diartikan sebagai benda (tumbuhan) yang diawetkan dan sebagai tempat untuk menyimpan benda (tumbuhan) hasil diawetkan.
Gambar 1. Contoh Herbarium 
Luca Ghini (1490-1556) berkebangsaan Itali merupakan orang pertama yang menginisiasi seni herbarium. Ia mengoleksi tumbuhan, mengerikan, dan menempelkannya pada kertas dalam bentuk spesimen herbarium. Gherards Cibo, murid dari Ghini memulai koleksi dan mengawetkan spesimen tumbuhan menjadi herbarium mulai tahun 1532. John Falconer, seorang berkebangsaan Inggris juga mempelajari cara Ghini dalam membuat herbarium serta berhasil menyiapkan satu herbarium di awal tahun 1553. Tiba pada masa Linnaeus (1707-1778), herbarium yang sebelumnya dilakukan dengan menempelkan spesimen dan mengikat spesimen dalam beberapa volume mulai diubah oleh Linnaeus dengan menempelkan spesimen pada satu lembar kertas dan menyimpannya secara horizontal. Langkah yang dilakukan oleh Linnaeus kini telah banyak digunakan dan membawa perubahan besar dalam koleksi tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan. Di India, salah satu herbarium tertua  yaitu Herbarium Kebun Raya India (Herbarium of the India Botanical Gardens) terletak di Kolkata pada tahun 1832. Di Amerika Serikat, herbarium tertua terdapat di Salem College yang dibangun pada 1772. Di Indonesia, herbarium pertama yaitu Herbarium Bogoriense yang dikelola oleh bidang botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang didirikan pada tahun 1841. Herbarium ini memiliki koleksi terlengkap dan tertua di wilayah Asia Tenggara.

Herbarium sebagai spesimen memiliki peranan penting dalam menyelamatkan informasi keanekaragaman botani suatu wilayah. Menurut salah satu acuan sumber terkait herbarium yang ditulis oleh van Steenis (2013) terdapat 4 tahapan dalam pembuatan herbarium, yaitu: 1) pengumpulan; 2) pengeringan; 3) pengawetan; dan 4) pembuatan herbarium. Menurut Bendre & Kumar (2010) terdapat 6 tahapan dalam pembuatan herbarium, yaitu: 1) persiapan alat; 2) koleksi; 3) pressing; 4) mounting; 5) penyimpanan herbarium; dan 6) perawatan herbarium. 

Tujuan

Adapun tujuan dilakukan kegiatan ini, yaitu:
  1. Mengetahui prosedur pembuatan awetan kering herbarium.
  2. Membuat awetan kering herbarium dari lingkungan sekitar.

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan, sebagai berikut:
Alat Bahan
- Gunting atau cutter
- Alat tulis
- Buku tulis
- Alat jahit
- Kantong plastik ukuran A3
- Kardus bekas ukuran A3
- Botol sampel
- Larutan alkohol 70%
- Larutan formalin 3-4%
- Kertas Art A3, tebal 260 gsm
- Lem kayu
- Papan atau sasak bambu
- Tali rafia
- Benang jahit warna coklat
- Etiket

Prosedur Kerja

Untuk mempermudah prosedur kerja dalam pembuatan awetan kering herbarium, terdapat beberapa langkah yang harus diikuti sebagai berikut: 
a) Tahap Koleksi
  • Koleksi tumbuhan dilakukan dengan mengambil sampel secukupnya agar tetap lestari di alam.
  • Ambil sampel tumbuhan dengan ukuran maksimal 30 cm x 40 cm (sesuai dengan ukuran media kertas A3 yang akan digunakan pada tahap mounting).
  • Untuk tumbuhan jenis rumput, herba, semak, serta berukuran kecil agar dapat dikoleksi secara lengkap mulai dari akar, batang, daun, buah, biji, maupun bunga.
  • Untuk tumbuhan yang berukuran besar seperti pepohonan maupun semak ukuran besar dapat dikoleksi sebagian sesuai dengan ukuran media kertas untuk mounting.
  • Untuk buah, bunga, maupun biji yang mudah gugur atau rapuh agar dapat dimasukan dalam botol sampel yang di dalamnya berisi larutan alkohol 70%.
  • Untuk sampel tumbuhan yang didapatkan dimasukan dalam kantong plastik bening ukuran A3.
b) Tahap Pengawetan
  • Proses pengawetan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan alkohol 70%.
  • Tumbuhan yang telah dimasukan dalam kantong plastik bening agar dipastikan telah terbasahi dengan alkohol. Untuk hasil yang maksimal, gunakan botol penyemprot dengan memasukan larutan alkohol 70% untuk membasahi tumbuhan. Langkah ini dilakukan agar tiap bagian tumbuhan dibasahi oleh alkohol serta menghemat bahan larutan yang mungkin di sebagian tempat sulit untuk diperoleh.
  • Tumbuhan lalu dikeluarkan dengan maksud untuk diangin-anginkan agar ketika diletakan di kertas koran tidak terlalu basah.
c) Tahap Pressing
  • Proses pressing dapat dilakukan dengan mengikuti aturan berikut secara berurutan dari bawah ke atas sebagai berikut: [papan/sasak bawah (kardus - koran - spesimen 1- koran - kardus - koran - spesimen 2 - koran - kardus - koran - spesimen 3 - koran - ... - kardus) papan/sasak atas].
  • Proses pengulangan dilakukan hingga maksimal 10 spesimen yang akan dijadikan awetan kering herbarium.
  • Untuk memastikan hasil herbarium dapat bertahan lama dan bebas insekta, maka dapat dilakukan penyemprotan formalin 3-4% pada setiap sampel sebelum ditutup dengan koran.7
  • Spesimen yang telah dilapisi koran, kardus, hingga ditutup papan/sasak diikat menggunakan tali rafia atau sejenisnya. Proses pengikatan harus kuat agar mendapatkan hasil yang maksimal.
  • Kumpulan spesimen yang telah diikat kemudian dapat di-press menggunakan bantuan alat press khusus, apabila tidak memungkinkan dapat meletakkan beban di bagian atas dengan ukuran tidak terlalu berat karena dapat merusak / membuat spesimen rapuh ketika kering.
  • Setelah 24 jam, spesimen yang di-press dibuka untuk memastikan koran lapisan atas tiap spesimen tidak basah. Apabila basah, silakan diganti dengan koran baru. Langkah ini dilakukan agar membantu mengurangi kandungan air dalam tumbuhan. 
d) Tahap Labelling
  • Proses labelling dilakukan untuk memuat informasi lengkap terkait spesimen yang didapatkan di lapangan.
  • Buatlah label lalu ditempelkan tepat di bagian sisi kanan bawah kertas A3 serapi mungkin.
  • Untuk informasi di dalam label tergantung pengelola. Namun, kurang informasi yang dapat dimasukan dalam label sebagai berikut:
Gambar 1. Contoh Format Label Herbarium
e) Tahap Mounting
  • Mounting dilakukan ketika spesimen telah benar-benar kering.
  • Posisikan dan atur letak spesimen yang telah kering agar proporsional dan tidak menutup label yang telah ditempelkan sebelumnya.
  • Untuk bagian batang dapat dilakukan proses jahit agar dapat bertahan kuat di lembaran kertas.
  • Untuk bagian daun atau organ yang sekiranya tidak bisa di jahit, lakukan dengan bantuan lem kayu secara perlahan tanpa merusak struktur spesimen kering tersebut.
  • Proses pembuatan awetan kering herbarium telah selesai.
f) Tahap Penyimpanan
  • Herbarium kering yang telah selesai dapat disimpan dalam ruangan dengan suhu stabil.
  • Pastikan ruangan penyimpanan tidak lembab karena dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme pada herbarium.
  • Penyimpanan dapat dilakukan dalam lemari atau album sesuai dengan ukuran kertas yang digunakan. 

Pertanyaan

Setelah melakukan kegiatan praktikum, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu kamu jawab sebagai berikut:
  1. Sebutkan dan jelaskan kendala yang kamu alami saat membuat awetan kering herbarium!
  2. Bagaimana karakteristik herbarium yang baik dan benar?
  3. Bagaimana tanggapan kamu terkait penggunaan herbarium dalam pembelajaran biologi ditinjau dari perspektif pendidikan?
  4. Bagaimana herbarium bisa dijadikan sebagai penyelamat informasi keanekaragaman hayati khususnya botani di suatu wilayah?

Referensi

  1. Bendre, A. M. & Kumar, A. (2010). A Text Book of Pratical Botany - 1. New Delhi: Rastogi Publication.
  2. de Vogel, E. F. (1987). Manual of Herbarium Taxonomy (Theory and Practice). Jakarta: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, Regional Office for Science and Technology, For Southeast Asia. 
  3. Sharma, O. P. (2009). Plant Taxonomy. 2nd Edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
  4. Singh, G. (2019). Plant Systematics (An Integrated Approach). 4th Edition. Boca Raton: CRC Press. 
  5. van Steenis, C. G. G. J. (2013). Flora. Jakarta Timur: Balai Pustaka. 

Keterangan

  • Publikasi: 21/04/2023
  • Revisi: 22/04/2023
Dewanto, S.Pd.
Dewanto, S.Pd. Pembelajar dan Pengajar MIPA
Print Friendly and PDF

1 comment for "PRAK-SAINS | Awetan Kering Herbarium "

  1. izin saya terapkan dalam pembelajarn biologi pak, matur nuwun

    ReplyDelete